Thursday 11 December 2008

matahariku in memoriam....

3 hari setelah iedul adha……

Setiap kali kulihat ada yang mirip dengan wanita berwajah teduh yang teramat dekat denganku, setiap kali itu pikiranku mengembara jauh, bersama hati ia mengantarkanku pada sebuah kenangan manis. Antara aku dan dia. Aku dan nyanyik (nenek).

Aku cucu yg paling dekat dengannya. Bahkan sejak tak lagi minum ASI, aku selalu tidur dengannya. Tidur disampingnya adalah kehangatan ketika ia mengelus keningku dan merapikan selimutku. Tidur bersamanya adalah ketenangan ketika doa-doa rutin itu ia lantunkan. Beliau membaca ayat kursi dan 3 surat terakhir di jus30, lalu mengajakku membaca doa sebelum tidur. Tidurku selalu lelap selalu nyenyak.


Setiap kali kupandangi wajah teduh itu….membuatku ingin tersenyum dan mencium pipinya, setiap kali kulakukan itu, ia tertawa terkekeh dan membalas menciumku….Dimatanya selalu kutemukan cahaya harap berpendar layaknya sebuah cahaya matahari yg kutemukan di pagi hari. Memberi kekuatan untuk bisa tersenyum pada hari. Yg kutau saat itu, kehangatan dan ketenangan merasuk dlm relung jiwaku ketika pelukan itu terbuka untukku. Dimatanya kutemukan airmata saat ia melihatku berlari-lari kecil mengambil mukena dan pergi ke musola depan rumah. Sepulang dr sana, senyuman penuh cinta itu menyambutku…dan ia mulai mencium keningku. Seketika ada wangi berbeda dr tubuhnya yg hingga saat ini msh dpt kurasakan jika aku memejamkan mata dan berharap ia hadir disana.

Pernah suatu kali aku masih sj bermain ketika adzan magrib berkumandang. Beliau memanggilku dan menyuruhku cepat2 pergi ke musola. Aku yg saat itu sedang asyik, merasa tak suka dan tak mengiyakan. Terus saja aku memotong-motong daun2 yg diumpamakan sayur2an untuk dimasak…tiba2…beliau menangis. Aku kaget…sekaligus takut. Menyesal tlh membuatnya menangis seperti itu. Langsung saja cepat2 kubereskan semua perlengkapan bermainku dan siap2, lalu pergi ke musola.


Darinya aku belajar hidup sederhana. Darinya aku belajar hidup hemat. Bersedekah pada sesama, ia selalu menyisihkan satu canting setiap memasak 4 canting beras. Menaruhnya dlm kantung dan setiap minggu diberikannya pada tetangga. Beliau tak seperti nenek2 pada umumnya, ia jarang berkata-kata. Tapi cinta itu kurasakan penuh. Tak perlu kata-kata, tak perlu ucapan. Ia mengalir lewat tatapan mata dan sentuhan hangat. Sekali ia menasehatiku panjang lebar. Aku tak tau benar apa sebabnya. Yang kuingat saat itu diakhir kalimatnya beliau bilang,
“cari teman yg baik, supaya kita jg jadi baik.” Kata-kata yang ternyata ada haditsnya itu selalu terngiang hingga kini dan mjadi warning untukku setiap kali memilih teman dan lingkungan bergaul.

3hari setelah idul adha. Kuingat peristiwa itu….11tahun yg lalu. Pukul 03.00 dini hari. Abi membangunkan kami semua. Sosok yg teramat dekat denganku itu terbaring lemah sejak 2hari yang lalu (beliau masih sempat ikut shalat ied)... Tubuhnya yang memang kurus, menjadi lebih kurus. Dan subuh itu, aku disampingnya, bersama seluruh keluarga besar dan seorang dokter. Abi menyuruh kami mengaji disampingnya. Lantunan ayat suci Al-quran itu mengalun bersama nafasnya yang pelan satu-satu. Sesekali kulirik ia, wajah itu teramat pucat…tapi sungguh, tetap kutemukan keteduhan disana. Satu persatu anak2 dan menantunya minta maaf. Tiba2 saja rasa takut itu hadir. Nyanyik mau meninggal…bisik hatiku polos saat itu. Sungguh tak mampu kutahan airmata yg tiba2 saja memaksa keluar. Bersama tangisan seluruh keluargaku, Bersama dua kalimat syahadat yg dibimbing oleh abi dan airmata terakhir yg menetes dipipinya, mata teduh itu kian lama kian menutup.. Nyanyik….berpulang ke rahmatullah, tanpa kata untukku, tanpa menitipkan pesan…..tapi kutahu, ia menitipkan cinta. Cinta yang tetap mengalir dan wajah teduh yg masih bisa kulukis dengan indah dalam memoriku.

aku selalu rindu tatapan itu, mata itu, wajah itu.....setiap kali permasalahan dunia membuatku sedih, setiap kali itu aku merindukan sentuhannya, kata2 sejuknya, dan pelukan hangatnya...kupejamkan mata berharap seraut wajah teduh itu terlukis disana, setiap kali itu pula ia hadir lewat senyum hangatnya. ia menatapku penuh cinta dan seolah berkata...."anak sholehah, kenapa nangis gini...?"
itu kata2 yg selalu diucapkannya dulu setiap kali aku menangis dan mengadu padanya. ah, nyanyik....kurindu semua itu. aku rindu kau memelukku saat ini, agar semua gundah dan sedih ini lenyap......

hari ini, kemarin dan kemarin2nya lagi....kulihat wajah teduh-wajah teduh lain yang begitu tulus sepertinya, membuat memoriku bersamanya menari-nari dalam benakku. Sampai kini aku masih dekat dengannya saat lantunan doa kusampaikan padanya. Aku yakin, beliau tau dan akan bahagia menerima doa dariku. Dari cucunya tersayang…..anum.

“Nyanyik sayang, tunggu anum di batas waktu….kurindu wajah teduhmu”…..amiin

No comments: