Sunday 18 January 2009

darimu ku banyak belajar ukhti....

Malam itu aku sedang membereskan kamarku, merapikan buku2 dan apapun yg ada d meja belajarku. Tiba2 saja, mataku terpaku pada setumpukan kertas file berwarna biru dalam wadah plastik di laci bawah meja belajar. Ya, kuingat… itu adalah file-file yang kubagikan pada teman2ku saat di detik2 terakhir kami menjadi siswa/i SMA, untuk kemudian diisi biodata, kesan dan pesan dari teman2 satu kelas untukku pribadi…tujuannya untuk kenang2an. Kembali kubuka2 file2 itu….membuka kembali kenang2an masa SMA adalah hal yang cukup membuat hati seperti makan permen nano-nano….manis,asem,asin. Ada rasa senang, haru, kangen….membuncah jadi satu.

Sampai pada sebuah file dengan coretan tangan begitu khas. Aku begitu mengenali tulisan itu. Tulisan seorang teman…seorang sahabat sebangku waktu kelas 1 SMA, dan kembali satu kelas (tp tdk satu bangku) di kelas 3.
“menurut aku, anum itu sesosok muslimah yang baik, rajin, pinter, dan satu lagi anum itu lucu. Jujur aku suka bersahabat dengan kamu, aku suka waktu masih deket ama kamu. Tapi sekarang aku ngerasa udah jauh ama kamu. Kayaknya tenang hati ini deket2 kamu karena kamu sesosok muslimah yang aku ingin menjadi sepertimu. Tapi ternyata sulitnya untuk sepertimu. Tapi aku akan mencoba. Doain dech supaya aku bisa sepertimu (amien)
pesen aku buat kamu: aku ingin anum adalah anum yang tidak berubah, kalo pun itu berubah kearah yang lebih baek. OK. Anum di bumi Allah, semoga kamu bisa menjadi seperti yang kamu cita2kan. Dan aku berharap setelah kita lulus nanti kamu ga lupa ama aku. OK. Dan hubungan silaturahmi kita masih berjalan. Pasti kamu masih bisa kan?”

ada rasa haru membaca kembali tulisan itu. Sesosok ukhti yang pernah dekat denganku itu kembali hadir dalam memori otakku. Kembali mengingatkanku pada awal langkah hijrah dan bertekad menjadi muslimah taat bersama. Sosoknya begitu biasa. Awal aku mengenalnya adalah saat SMP, tapi kami benar2 saling mengenal saat SMA. Hari itu aku paling akhir masuk kelas (masalah kesalahan daftar nama kelas—namaku ga ada di absent,hehe---), semua bangku sudah terisi (termasuk kedua sahabatku saat SMP, indah dan mira satu bangku) kecuali satu bangku tepat di depan mereka, di samping siswi berjilbab yang setelah kuingat-ingat di anak SMPN 1 NATAR juga dulu (waktu SMP dia belum pake jilbab). Jadilah aku satu bangku dengannya. Perkenalan yang biasa dan keakraban yang begitu saja mengalir.

Di kelas (ataupun di luar kelas), dia sering menjadi bahan tertawaan teman2. Bukan karena dia lucu. Tapi karena apa yang ada pada dirinya. Apalagi teman2 cowok, sangat sering kusaksikan mereka tertawa terbahak2 mengejeknya. Inilah yang membuatku begitu kasihan padanya dan mencoba bersikap lain dari teman2 umumnya (kemudian aku begitu bersyukur, Allah sudah mengenalkanku pada ukhti ini. Bukan lagi karena rasa kasihan, tapi karena begitu banyak pelajaran tentang perjuangan hidup dari sosok sederhananya). Menerima seseorang sebagai sahabat bukan karena kelebihan atribut yang ada padanya menjadi pelajaran tersendiri bagiku saat itu. Toh, dibalik kekurangannya itu, Allah pasti memberi kelebihan yang tak dimiliki orang lain. Bukan salahnya kalau secara fisik dia tidak menarik, karena saat akan dilahirkan masing2 manusia tidak bisa meminta kepada Allah seperti apa pribadinya kelak. Menjadi cantik, menarik, enak dipandang adalah keinginan setiap wanita yang menginginkan idealitas dalam hidupnya. Tapi jika yang ditakdirkan Allah adalah sebaliknya, apa lantas kita menggugatNya dan protes denganNya? (Naudzubillah)…dan lagi, mengejek ataupun meremehkan kekurangan yang ada pada seseorang adalah suatu bentuk penghinaan pada makhluk ciptaanNya….Laa Haula Wallaa Quwwata Illa Billah….

Begitulah….hari2 itu terus berjalan. Tak pernah dihiraukannya ejekan demi ejekan itu (walaupun sempat beberapa kali tatapan sedih itu hadir di matanya). Untuk diriku sendiri…yang sempat merasa serba kekurangan tanpa kelebihan apapun yang ada pada diriku, pelan-pelan belajar pada ukhti ini. Aku yang sempat menyesali mengapa aku begini? Mengapa hidupku seperti ini? Mengapa aku tak bisa seperti ini? dst….dst…..selalu mendapat pelajaran dari seorang sahabat yang di mata kebanyakan orang tak ada apa2nya, tapi dimataku dialah yang menjadi salah satu katalis dalam proses pencarian jati diriku….tanpa pernah diketahui olehnya….tanpa ia tau, aku belajar menjadi seorang anum yang apa adanya, dan belajar menerima orang lain juga dengan apa adanya.

Suatu hari aku berkunjung ke rumahnya, dan yang kudapat hari itu adalah….betapa telah tidak bersyukurnya aku dengan nikmat yang Allah beri padaku….betapa sombongnya diriku, berani mempertanyakan pada Allah….’ya Allah…mengapa hidupku seperti ini?’ (Astaghfirullah ‘aladzim…) kurasa, Allah memberiku peringatan lewat ukhti ini….bahagia dalam hidup bukanlah karena materi dan sebab dunia lainnya, bukan karena kaya, cantik, pintar, sempurna….bukan! bahagia dalam hidup akan kita dapat…ketika penerimaan apa adanya (sifat qanaah) terhadap kondisi hidup itu sendiri…terhadap apapun yang dikarunia Allah pada kita….disana akan kau dapat kebahagiaan tak ternilai oleh materi dan apapun yang ada di dunia ini….untuk pertama kalinya, hari itu aku merasa menjadi orang paling beruntung di dunia…Alhamdulillah…

Bulan juli tahun 2004. tepat di hari ulang tahunku. Dia memberiku jilbab. Dia tau niat ini, dan jilbab darinya menjadi salah satu jilbab yang mengawali langkah hijrahku…..Alhamdulillah tanggal 18 Agustus tahun 2004 aku resmi berhijab. Awal langkah hijrah….sebagai proses pencarian jati diri (inilah yang kuyakini, jati diri sebagai wanita muslimah). Di kelas 2, kami tak lagi satu kelas, tapi masih sering istirahat bareng, ke kantin bareng, ke musola bareng….kuingat suatu hari dia curhat padaku, dengan mata dan suara sedihnya dia cerita tentang perasaannya pada seorang cowok. Dan hari itu dia dikecewakan atas sebuah sikap yang menyakitkan hati. Aku sedih mendengar itu semua….sedih melihat mata itu….aku tau pasti alasan cowok itu bersikap seperti itu padanya. Tapi toh, aku tak bisa menggugatnya dan lagipula apa manfaatnya…. Aku yang baru belajar BBQ beberapa minggu, baru mulai rajin membaca buku islami, majalah annida, dll…mencoba memberi solusi terbaik untuknya…aku bilang padanya….”ga usah dipikirin sikap dia kayak gitu, yang perlu kita pikirin adalah pandangan Allah ke kita. Cita-cita kita kan jadi wanita muslimah, jadi kita sama2 berjuang untuk mencapainya ya…” (kira2 seperti itu). Sia-sia saja kita berharap seseorang yang mengerti kita, memberi kita sikap tulus pada orang yang selalu menilai seseorang lewat penampilannya, lewat kelebihan duniawi. Dan aku begitu paham dengan orang-orang seperti ini….karena aku sendiri pun sering mengalaminya. Tak jarang kutemukan sikap penolakan demi penolakan, khususnya dalam masalah persahabatan…begitu tampak di mataku mana yang tulus ingin bersahabat dan mana yang serba palsu mengharapkan sesuatu.

Hari-hari berlalu…..kami kembali satu kelas di kelas 3. kali ini kami sudah jarang bersama-sama, karena di kelas ini kami tidak sebangku (sebenarnya ini bukan alasan, aku juga tak begitu tau alasannya mengapa kami tidak lagi dekat), mungkin ini salahku yang tak begitu memperhatikan betapa jauhnya kami membuatnya sedih (dari tulisan di file itu)…dia bilang dia ingin menjadi sepertiku…ah, penilaian yang cukup berlebihan jika itu ditujukan kepadaku….karena justru (tanpa dia tahu) pelan-pelan akulah yang mencoba menjadi sepertinya….mencintai diri sendiri apa adanya, karena itu berarti kau berhasil mensyukuri apapun yang diberikan Allah kepadamu. Ah,ukhti…..di mana engkau kini? Rindu ini tiba-tiba saja membuncah, ingin kutanyakan padamu…apa kabar iman dan islammu? Apakah cita-cita menjadi muslimah itu masih terpatri dalam diri? Apakah sikap apa adanya dan sederhana itu masih ada pada sosokmu? Kudoakan kau selalu dalam lindunganNya…dan hidayah itu pun selalu menjadi bagian terindah dalam dirimu…dalam hatimu….semoga Allah masih mengikat kita dalam ikatan ukhuwah di bawah naungan Dien ini….semoga kita bisa kembali bersilaturahmi dan bersahabat ya ukhti…(apa rumahmu masih di alamat yang sama? insyaAllah…aku akan silaturahmi ke sana, mengikat kembali jalinan ukhuwah yang sempat hampir lepas…menjawab pertanyaan terakhirmu di file itu…’pasti aku bisa ukhti!’)….insyaAllah….amiin…..

No comments: