Tuesday 4 May 2010

jujur kacang ijo mahal sekarang

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Mencoba menulis lagi. Niatnya rutin jadi kegiatan primer disamping makan, minum, dll. Inginnya bisa menyumbang torehan tinta jihad untuk umat (mulia sungguh *_*). Lucunya, sebenernye nih ye...tulisan2 aye ntu kagak ade pembace setianye apalagi penggemarnye. Ye me gemene lege..(loh kebablasan, afwan). Yang penting nulis titik. Ada yang baca kek ga ada yang nengok nek, nulis terus sampe titik darah penghabisan....insyaallah bermanfaat^_^ (semangat num semangat!).

Tahun ini amat berarti buatku. Target lulus tahun lalu menguap oleh kenyataan. Kenyataan bahwa proses menjadi seorang berilmu sungguh tidak mudah. Tidak sekedar mengejar nilai apalagi embel-embel gelar di depan atau belakang nama. Sungguh, saya menyadari bahwa eksistensi menuntut ilmu adalah sebanyak apa kau mengambil hikmah dan respon apa yang kau berikan setelahnya ketika takdir Allah berkehendak atasmu. Jadilah, target itu kembali saya bangun tahun ini. Apapun yang terjadi target harus ada bukan? Harus jelas, sehingga pencapaiannya juga jelas. Insyaallah, apapun yang terjadi saya selalu yakin Allah memberikan yang terbaik. Apapun itu.

Berarti juga buatku, karena tahun ini kedua adikku yang ganteng2 menghadapi ujian nasional. SMA dan SMP. Aku yakin, mereka bisa menghadapinya, karena well...walaupun suka main, mereka tidak pernah bolos sekolah. Lebih suka belajar saat itu juga (di kelas), walaupun jarang diulang di rumah. Tapi saya melihat cara belajar mereka berdua ini berbeda. Lebih visual dan kinestetik. Sekali dijelaskan bisa, lalu disimpan dengan baik di memori otak. Saya pun mengakui, dalam banyak hal, pengetahuan umum misalnya, saya kalah dengan mereka. Guru saya di SD dulu pernah bilang, dalam hal kecerdasan otak, laki-laki jauh lebih cerdas dibandingkan wanita, tapi dalam hal rajinnya mencerna pelajaran, wanita yang lebih unggul. Mungkin kata beliau itu benar, karena saya sendiri sering kagum dengan kemampuan mereka berdua ini – apalagi adik bungsu saya-. Termasuk ketika otodidak menelusuri internet. Saya yang saat itu lumayan lancar, dan mereka berdua sama sekali buta, eh dua minggu kemudian malah terbalik. Ya..biasa, murid bisa lebih pintar dari gurunya.

Hingga detik ini mereka sedang berusaha. Yang bisa kami sekeluarga lakukan hanya berdoa dan memberi kata-kata positif. Dan kami selalu yakin, Allah memberikan hasil terbaik, setelah niat dan prosesnya pun baik. Ya baik!. Itu yang sebenarnya ingin saya bicarakan dari tadi. Saya sungguh kecewa yang teramat sangat!. Kecewa dengan adik2 saya? Bukan. Justru saya kecewa dengan orang2 yang berwenang dalam sistem pendidikan di Indonesia. Paling kecewa dengan para guru yang saya hormati, guru-guru saya di SMA dulu yang amat saya hormati. Nama-nama yang masih bersemayam di hati saya, kemudian dengan niat tulus di kemudian hari menemui mereka untuk berterima kasih atas jasa2 mereka dulu, bahkan bermimpi ingin menjadi seperti mereka. Pekerjaan mulia dunia akhirat. Tapi itu semua menguap. Menguap oleh panasnya sikap pecundang yang diberikan.

Ceritanya, malam itu adik saya yang SMA mendapat sms, langsung dari guru mata pelajarannya. Dan sungguh saya terkejut. Sms itu bertuliskan angka2 berjejer rapi, rupanya jawaban ujian nasional keesokan harinya. Jelas saja, adik saya bimbang, saya mengerti benar kekhawatirannya tidak lulus mendorongnya untuk mengikuti sms itu dengan kuat, tapi saya juga tahu, di balik semua itu dia masih tidak mau berbuat curang. Seharusnya tidak ada pilihan itu, jika saja guru-guru yang terhormat tidak dengan lapang dada menyebarkan sms-sms itu. Lihatlah selama 5 hari berturut-turut sms-sms itu bertengger manis di inbox hp adik saya. Setelah dinasehati abi dan kami semua, kami percaya, adik saya itu berani berbuat jujur.

Jujur. Betapa mahal kata dari 5 huruf itu. Bukannya saya pribadi bisa membelinya dengan tunai, justru saya pun masih tersaruk-saruk dalam implementasinya. Sungguh, memang tak mudah. Apalagi menjadi jujur di tengah2 ketidakjujuran. Itu suatu hal yang teramat langka, karena arus ketidakjujuran yang jauh lebih deras terkadang mampu membuat mereka yang melawan arus ikut terseret kedalamnya.

Maaf, saya tidak ingin membicarakan ketidakjujuran para wakil kita di atas sana, saking atasnya kita sampai lelah melongok apa saja yang mereka kerjakan. Cukup sakit rasanya menulis ketidakjujuran dunia pendidikan kita yang justru dari sana muara kejujuran kita seharusnya berasal. Saya sedang enggan membuat kepala ini tambah pusing nyut2an dan efeknya esmosi saya bakal meledak-ledak kalau membicarakan ketidakjujuran para elit politik, penegak hukum, dan segala apapun yang berhubungan dengan mereka. Saya sudah muak. Benar2 muak. Menghabiskan energi saja. Sekarang, saya hanya ingin membicarakan dan mencoba mengambil pelajaran dari apa yang saat ini sedang saya jalani. Tentang skripsi. Hasil karya yang saat ini amat saya banggakan.

Skripsi menurut saya adalah bukti sejauh mana seorang mahasiswa mampu menguji kualitas ilmunya selama ilmu itu dituntutnya di bangku kuliah. Dari hardnya berupa perencanaan awal, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, sampai kesimpulan akhir fokus objek yang diteliti, hingga softnya berupa pengelolaan jasad, ruh dan fikiran. Bagaimana kita mengatur kondisi jasmani agar tetap prima, bagaimana kita mempraktekan kondisi rohani meliputi kedekatan dengan Allah, kecepatan dan ketepatan mendapat hikmah kemudian menghadapinya dengan sikap terbaik terhadap kenyataan yang lebih sering jauh dari harapan, tentu saja ini bagian dari ujian sejauh mana kita percaya takdir Allah adalah yang terbaik, mengatur emosi dan sikap kita ketika kenyataan pahit diterima. Dan tentunya melatih fikiran kita dalam menilai mana yang baik dan mana yang buruk, ketepatan dalam menganalisis masalah tentu saja menjadi latihan ketika masalah yang nyata akan kita hadapi kedepannya. Fiuuhhh...benar-benar menguras energi. Kata seorang dosen yang sempat menjadi dosen pembimbing saya ’skripsi adalah ujian mental’. Dan beliau benar2 menguji mental saya. Dan kisah ini tidak perlu saya ceritakan, itu adalah kenangan yang sedang saya usahakan menjadi kenangan penting dalam perjalanan perjuangan hidup saya.

Apa yang anda rasakan ketika proses itu sedang anda jalani, membangun kembali runtuhan rencana 7 bulan usul penelitian di awal, mengulang kembali dari awal. Berusaha melupakan apapun yang terbuang di 7 bulan itu, tentu itu semua tidak sia-sia. Tapi harapan yang menguap seolah menjadi hambatan utama, titik jenuh sudah nampak sedang perjuangan baru akan dimulai. Saat itu, sekuat diri melawan konspirasi malas. Waktu yang semakin berkurang membuat mata tidak mampu menyembunyikan airnya. Tapi wajah kedua orang tua tersayang bergelayut gelisah di pelupuknya. Tentu saja usaha sekeras mungkin untuk mengejar ketertinggalan dioptimalkan. Dan saat kata ’acc’ belum tercantum di draft usul penelitian, saat itu anda mendapati teman anda. Bukan sekedar teman. Sahabat anda sudah di ’acc’. Apa yang anda rasakan? (bukan rasa iri yang saya maksudkan, saya justru akan ikut bahagia mendengar berita itu, ya saya bahagia pada awalnya). Justru di situlah saya menemukan sesuatu yang menyakitkan hati saya. Saya mengenal kata per kata dalam draftnya. Tentu saya mengenal, karena itu hasil perjuangan saya. Copy paste usul penelitian hampir seluruhnya (kecuali judul, tujuan, dan lokasi penelitian). Rasanya saya ingin meledak-ledak. Bahkan sudah meledak-ledak, alhamdulillah dia tidak ada di hadapan saya ketika itu terjadi. Allah sedang ingin menguji kesabaran saya. Tentu saya sakit itu dilakukan sahabat saya sendiri. Tapi itu semua terobati ketika kata ’acc’ akhirnya muncul juga dan saya bisa seminar usul sebelum dia, akhirnya setelah dibedah habis2an oleh dosen pembahas, usul penelitian itu saya rombak juga habis2an. Dengan sendirinya usul penelitian kami berdua berbeda. Alhamdulillah. Insyaallah saya tidak lagi marah gara2 itu, inilah yang saya sukai dari diri saya yang seorang sanguinis.

Tidak berhenti sampai disitu kawan. Saya kembali ingin bertanya, ketika proses selanjutnya anda ikuti satu2 alurnya, penuh peluh terutama di lokasi penelitian yang kebetulan cukup jauh letaknya, turun langsung ke sawah, sengatan matahari membuat wajah belang, berlipat-lipat fikiran dikuras, waktu yang terfokus, plus biaya yang diminimal-minimalkan, kemudian anda sampai pada proses perbaikan2 atas koreksian dosen pembimbing, dan anda merasa bangga atas karya besar anda yang penuh perjuangan hampir sampai di persimpangan jalan. Ketika itu, datang mereka yang butuh bantuan. Mereka yang juga sedang berjuang. Tentu saja kita akan membantunya. Tapi ketika bantuan itu akan bernilai rendah untuk ketidakjujuran padahal anda mendapatkannya dengan insyaallah tingginya kejujuran....tentu berat rasanya kita membantunya bukan? Ya, tiga orang yang meminta data hasil perjuangan saya begitu saja, ingin disamakan, hanya diubah nama-nama petaninya. Ya Allah....ingin keluar air mata saya.
Astaghfirullah...
maaf, saya pending dulu. Rasanya emosi saya tiba2 naik
Sabar num sabar...
Enakan denger syair indah ini dulu (you are never alone by zain bikha)

“Sometimes, when the world’s not on your side,
You don’t know where to run to,
You don’t know where to hide.
You gaze, at the stars in the sky,
At the mountains so high,
Through the tears in your eyes.
Looking for a reason,
to replace what is gone.
Just remember, remember,
That you are never alone.
You are never alone,
Just reach into your heart,
And Allah is always there.
You are never alone,

Through sorrow and through grief,
Through happiness and peace,
You are never alone.
So now as you long for your past,
Prepare for your future,
But knowing nothing’s going to last.
You see this life is but a road,
A straight and narrow path,
To our final abode.
So travel well O Muslim,
And Paradise will be your home.
And always remember,
That you are never alone.
You are never alone.
Just reach into your heart,
And Allah is always there.”

Hamba tidak pernah sendiri ya Rabb… selama apa yang hamba lakukan demi ridhoMu, hamba yakin Engkau selalu ada menyertai*_*

Alhamdulillah udah turun lagi….lanjut

Bukan hanya saya yang mengalami kejadian tidak mengenakkan itu, seorang sahabat saya pun di’begitu’kan, betapa setelah perjuangannya yang menurut saya luar biasa (bayangpun, dia sampai ikut truk jagung sampai jakarta mengikuti alur pemasaran jagung, dan itu hanya cerita kecil dari seluruh cerita proses perjuangannya). Dan tadi siang, setelah saya khawatir tidak berani menolak permintaan mereka yang dengan enteng meminta data2 saya, kami membahas itu. Benar2 saya tidak habis fikir, sebegitu mudahnya mereka menganggap perjuangan saya dengan alasan’tolong’. Tolong menolong dalam ketidakjujuran adalah bencana. Tapi kelemahan saya adalah, saya tidak bisa tegas menolak. Saya hanya mampu terdiam dan menjawab sekedarnya lalu mengikhlaskan gambaran umum penelitian (bukan termasuk data yang akan direkayasa)....hiks, cukup itu saja.

Saya yang juga merasa masih susah menjadi sesosok orang jujur, sedang bertekad untuk terus berusaha menjadi sosok luar biasa itu. Saya yang merasakan tidak enaknya diperlakukan seperti itu, akan berusaha memikirkan apa yang akan diterima orang lain jika suatu waktu saya dihadapi pilihan : jujur atau tidak jujur, apalagi ketika ketidakjujuran sedang penuh pengaruhnya.

Om mario teguh menasehati saya (serasa eksklusif,hehe) ”Tidak ada hidup yang bersih dari hambatan. Keberhasilan kita mengatasi hambatan itulah yang membuat kita disebut berhasil”

Insyaallah....hambatan apapun saya yakin akan berhasil. Semangat num!!!
Ah, tiba2 bening air dari mata ini ingin keluar lagi...
Air mata ini menerima peran utuhnya, bukan hanya sebagai tanda lukanya hati, tetapi terutama sebagai tanda keharuan hati yang menyadari bahwa ia sangat diperhatikan Allah. Alhamdulillah.....*_*
Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakal kepada Rabbnya, percaya sepenuhnya kepada Pelindungnya, dan menyerahkan semua perkara kepadaNya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan cobaan? ”Dan, hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar beriman” (QS. Al-Ma’idah: 23).
Hasbunallah wa ni’mal wakil….

2 comments:

Agung Tri Wibowo said...

sebelumnya terimakasih telah berkunjung ke blog saya. tulisan anda punya semangat tersendiri. menarik.

salam,

anum said...

wa iyakum, syukron...