Friday 26 March 2010

"negeri lima menara" dan "bidadari-bidadari surga"

2 novel berbeda yang saya baca masing2 satu hari. kebiasaan kalo baca buku yang keren. dan dua novel ini sungguh-sungguh keren. saran saya. baca!. sungguh menginspirasi. "negeri 5 menara" novel yang membuat saya semangat dan ikut tersenyum mengikuti alurnya. "bidadari-bidadari surga" novel yang lagi-lagi membuat saya semangat tapi bedanya semangat itu mengalir deras sederas airmata saya yang keluar.

----negeri lima menara----

saya terpukau oleh setiap nasihat2 arif para kiyai dan ustadz di novel ini. ketika alif fikri dilecut oleh nasihat2 itu, saya pun ikut merasakannya. ketika mimpi alif dan teman2nya mereka gantung di menara, tinggi. saya pun kembali berazzam, bertekad menggantungkannya di menara yang saya punya. sungguh saya malu. tentu pada Allah. saya merasa begitu kecil. sungguh, novel ini mampu membuat saya kembali meluruskan segalanya. apapun dalam hidup saya. di setiap kisah yang menggelitik di novel ini kembali membawa keinginan saya dulu. keinginan yang pernah terucap, tapi tidak diperbolehkan. tapi itu bukan untuk disesalkan, sebab mimpi tidak terbatas pada tempat, waktu atau apapun jua. ia hanya terbatas pada sempitnya keinginan kita untuk mengukirnya. man jadda wajada!

---bidadari-bidadari surga---

Tere liye. salah satu penulis novel favorit saya. tapi entah kenapa biografinya tidak begitu terekspos seperti penulis2 lain yang juga luar biasa. bahkan saya baru tahu, kalau beliau ini ikhwan (hehe...saya kira dia akhwat).

bidadari-bidadari surga bercerita tentang satu keluarga yaitu Mamak Lainuri dengan kelima anaknya, Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Kak Laisa sebagai anak tertua, rela putus sekolah, demi pendidikan adik-adiknya dia rela bekerja keras di perkebunan kecil milik Mamak Lainuri di Lembah Lahambay. Kak Laisa yang selalu berkorban untuk adik-adiknya, Kak Laisa yang tak pernah terlambat dan tak pernah lelah menjaga adik-adiknya. Saya sangat terpukau dengan cerita saat Kak Laisa sampai larut malam mencari Ikanuri dan Wibisana di hutan, hanya menolong adiknya.

Awal sekali diceritakan Prof. Dalimunte sedang presentasi temuan barunya, Ikanuri dan Wibisana baru saja tiba di Eropa untuk usahanya dan Yashinta sedang observasi di Gunung. Keempatnya mendapatkan pesan dari Mamak Lainuri. Setelah membaca pesan itu, Dali langsung menghentikan presentasinya di Simposium Fisika Internasional, Ikanuri dan Wibisana yang baru tiba di Eropa langsung mencari penerbangan selanjutnya ke Indonesia, Yashinta pun langsung turun dari puncak gunung. Demi melihat Sang Kakak. Kak Laisa.

Kak Laisa tak pernah menangis di depan adik-adiknya. Tak sungkan memarahi dan memukul Dali, Ikanuri dan Wibisana yang ketauan bolos sekolah. Kak Laisa hanya ingin pendidikan yang terbaik bagi adik-adiknya. Hanya itu. Kesuksesan adik-adiknya adalah kebahagiannya.

Aaaaahhh… saya benar-benar tak dapat mendeskripsikan ceritanya disini, entahlah… Perjuangan seorang kakak demi adik-adiknya, walo sebenarnya Laisa bukanlah kakak kandung mereka. Saya hanya berdoa, jadikanlah orang-orang seperti Laisa, bidadari surga ya Rabb....

Saya lalu bertanya pada diri saya sendiri “Mampukah saya seperti Laisa pada adik saya?”

kemudian angan saya terbang keatas, menuju satu tempat disumatera, berdekatan dengan Lampung. Provinsi Bengkulu. tempat dimana kakak saya satu2nya berjuang disana. kakak saya yang paling kecil raganya diantara adik2nya ini. tapi memiliki tanggung jawab setinggi gunung everest. saya seperti melihat sinar semangat di kedua matanya. kata2 yang menggebu. ya Allah, saya baru sadar. ada kesamaan antara dia dan laisa. sama2 bertanggung jawab, meski kadang terlihat suka marah. sungguh, dia laisa bagi kami. dia kak laisa bagi kami. tapi bedanya. kakakku satu ini mengajarkan mengukir mimpi, melihat kunang2 berkelap-kelip di dunia luar sana dengan dia langsung yang mencontohkan. Alhamdulillah. semoga kami dapat bersama-sama mewujudkannya. selaksa mimpi yang berpendar di hati-hati kami.

dan kak laisa...benar-benar sosok bidadari surga turun ke bumi...
"Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al-Waqiah:22). Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita (Ar Rahman:70)". di bagian epilog novel ini, saya terkesan dengan kata-katanya.

"Wahai, wanita-wanita yang hingga usia 30,40, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah “terpilih” di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah). Yakinilah, wanita-wanita salehah sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah berbagi, berbuat baik, dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga parasnya cantik luar biasa."

sungguh...saya tak sanggup berkata apa-apa lagi


(buat budiyoko...hatur syukron dua novel kerennya! pinjem lagi yg laen ya?, buat tahta: kami tahu...tahta tidak akan pernah datang terlambat untuk kami...adik-adikmu...luv u sist*_*)

7 comments:

ichsan.ardi said...

yiah,...novel2 bagus itu.
kalo hafalan sholat delisa dah pernah baca juga? pukat dan burlian? gak kalah keren itu...


*salam kenal ya...

anum said...

udah, hafalan shalat delisa yg buat saya suka dg novel2 tere liye selanjutnya...pukat dan burlian belum tapi. baru denger, tere liye jg ya?

slm knl kmbl...

ichsan.ardi said...

iya Tere Liye juga.
oya kemarin denger2 N5M dah keluar lanjutannya...
apa gitu judulnya.
dah denger jg belum?

anum said...

belum. ini baru denger. langsung sy tanya mr. google, kata beliau judulnya "ranah 3 warna"...hehe

udah terbit belum ya?

Dewi Amelia RNH... ^_^ said...

mau pinjem dung yang negeri 5 menara

amel said...

Mau dung num minjem yang negeri 5 menara

anum said...

hehe, anum pinjem juga mel. sama budiyoko. yang bidadari2 surga jg pinjem sm dia...hehe